Subscribe Twitter Facebook

Rabu, 20 Februari 2013

Perayaan Cap Go Meh

Cap Go Meh melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Tahun Baru Imlek bagi komunitas Tionghoa di seluruh dunia. Istilah ini berasal dari dialek Hokkien dan secara harafiah berarti hari kelima belas dari  bulan pertama (Cap = Sepuluh, Go = Lima, Meh = Malam). Ini berarti, masa perayaan Tahun Baru Imlek berlangsung selama lima belas hari.


Perayaan ini dirayakan dengan jamuan besar dan berbagai kegiatan. Di  Taiwan ia dirayakan sebagai Festifal lampion. Di Indonesia tepatnya di Jakarta dirayakan dengan dihiasi lampion berwarna merah, hiasan, ornamen dan pernak pernik Imlek yang menghiasi area pertokoan dan rumah-rumah masyarakat keturunan chineese.  Klenteng Petak Sembilan pun dihiasi oleh hiasan-hiasan khas Imlek yang bernuansa merah. Patung-patung dewa dan dewi dalam klenteng juga dimandikan agar bersih sebelum perayaan Imlek tiba dan memiliki makna menangkal keburukan.  Dan pada saat perayaan Cap Go Meh tiba patung-patung itu di bawa mengelilingi jalan di sekitar kawasan Glodok.



Di daerah Singkawang juga tidak kalah meriahnya dalam menyambut perayaan Cap Go Meh. Salah satu kota di Kalimantan Barat ini memang tak begitu terdengar luar biasa saat perayaan Imlek tiba. Namun, tepat 14 hari setelah Imlek, suasana kota berubah meriah dengan pagelaran festival Cap Go Meh yang memang dirayakan dua minggu setelah Imlek.






















Dalam festival tersebut terdapat Tatung yakni orang-orang yang dirasuki roh halus sehingga memiliki kekebalan saat melakukan atraksi berbahaya. Wilayah jalanan utama kota yang dikenal dengan julukan seribu klenteng ini pastinya akan dipadati penonton saat perayaan Cap Go Meh tiba apalagi ditambah atraksi barongsai serta keindahan lampion di malam hari.




Di wilayah Indonesia yang lain seperti Semarang, Surabaya, dan Pekalongan juga terkenal dengan tradisi membuat lontong sayur yang diberi nama Lontong Cap Go Meh. Masakan ini terdiri dengan lontong yang disajikan dengan opor ayam, sayur lodeh, sambal goreng ati, acar, telur pindang, abon sapi, bubuk koya, sambal, dan kerupuk.
Sebagian masyarakat juga melaksanakan tradisi mengunjungi kelenteng untuk bersembahyang kepada Tuhan dan Dewa, Dewi, agar di tahun baru ini mereka terlindungi dari segala bencana dan rezeki yang cukup.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger